Implementasi Quality Control Circle dalam Total Quality Management

Published by Trust Consultant on

QCC

Bayangkan sebuah bandara internasional di Indonesia menghadapi tantangan besar: jumlah penumpang, penerbangan, dan kargo tumbuh pesat melampaui kapasitas yang tersedia.

Akibatnya, antrean panjang terjadi di area check-in dan imigrasi, waktu tunggu di landasan meningkat, dan penumpang sering mengalami keterlambatan penerbangan. Kondisi ini tidak hanya mengurangi kepuasan pelanggan tetapi juga menambah tekanan bagi operasional bandara. 

Bandara di Indonesia dengan Kendala Over Capacity dan Penerbangan Tertunda (Hanantyo & Susanto, 2022)

Implementasi Quality Control Circle (QCC)

GUGUS KENDALI MUTU DALAM PENGENDALIAN MUTU TERPADU (TQM)

Total Quality Management (TQM) atau Pengendalian Mutu Terpadu sangat penting untuk memastikan barang dan jasa berkualitas tinggi. Metode ini juga dikenal sebagai Pengendalian Mutu Terpadu (Total Quality Control), yang diprakarsai oleh Dr. J.M. Juran dan Dr. E.W. Deming, serta dikembangkan di Jepang oleh Kaoru Ishitawa melalui penerapan Quality Control Circle (QCC) atau Gugus Kendali Mutu (Kementerian Perindustrian, 2007).  QCC merupakan salah satu metode peningkatan kualitas yang populer dan bagian dari pengendalian kualitas yang diterapkan di perusahaan, bertujuan untuk mengoordinasikan upaya semua karyawan di seluruh organisasi agar dapat mencapai tujuan perusahaan dengan cara yang optimal (Greshner, 1984)

QCC berupa kelompok kerja kecil yang terdiri dari karyawan di berbagai tingkatan organisasi, yang secara aktif berpartisipasi dalam mengidentifikasi, menganalisis, dan memecahkan masalah operasional. Dengan mengusung prinsip Kaizen atau perbaikan berkelanjutan, QCC telah terbukti efektif dalam meningkatkan efisiensi dan keterlibatan karyawan di berbagai sektor industri. Keberhasilan penerapan GKM secara efektif di Jepang terbukti menjadi salah satu faktor utama dalam industrialisasi negara tersebut. Oleh karena itu, banyak negara industri maju dan berkembang, termasuk Indonesia, mulai menerapkan GKM di perusahaan-perusahaan mereka untuk meningkatkan kualitas, produktivitas, dan daya saing (Kementerian Perindustrian, 2007).

Baca juga: Cara Meningkatkan Brand Image dengan ISO 9001

Apa Manfaat QCC?

QCC meningkatkan keterlibatan karyawan dengan mendorong mereka di berbagai tingkatan untuk aktif berpartisipasi dalam proses perbaikan. Dengan memberikan kesempatan bagi karyawan untuk terlibat langsung, QCC menciptakan rasa kepemilikan yang mendalam terhadap hasil kerja mereka. Karyawan, sebagai pelaku pertama dalam rangkaian bisnis proses, memiliki peran krusial dalam proses perbaikan karena mereka berperan langsung dalam aktivitas teknis perusahaan. Keterlibatan ini tidak hanya meningkatkan motivasi individu, tetapi juga memperkuat komitmen tim dalam mencapai tujuan bersama, sehingga menghasilkan solusi operasional yang lebih aplikatif, efektif, dan inovatif.

 Peran Aktif Karyawan dalam QCC

Selain itu, QCC berfungsi sebagai forum kolaboratif bagi karyawan untuk mengidentifikasi dan menganalisis masalah kualitas atau proses, serta mencari solusi praktis yang dapat diterapkan. Dengan cara ini, QCC membantu mengurangi pemborosan dan meningkatkan efisiensi operasional secara keseluruhan. Penerapan prinsip Kaizen, di mana perbaikan dilakukan secara terus-menerus bahkan untuk masalah kecil sekalipun, juga mendorong organisasi untuk menjaga stabilitas operasional. Hal ini memungkinkan perusahaan untuk beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan kebutuhan dan tuntutan pasar, menciptakan budaya perbaikan berkelanjutan yang mendukung pertumbuhan dan keberhasilan jangka panjang.

Bagaimana Implementasi QCC?

  Model 8 Langkah QCC

Tahapan implementasi QCC dapat dilakukan dengan menggunakan model delapan langkah serta Seven QC Tools.

  1. Langkah Pertama: Menentukan Tema. Tim QCC harus memilih fokus utama yang ingin ditingkatkan, seperti kualitas produk, efisiensi proses, atau pengurangan biaya.
  2. Langkah 2: Menetapkan Target. Target harus jelas dan terukur, sebagai acuan dalam penilaian keberhasilan tim dalam mencapai tujuan yang diinginkan
  3. Langkah 3: Analisis Kondisi Yang Ada. Dapat dilakukan dengan mengumpulkan data dan informasi relevan untuk memahami proses saat ini dan mengenali masalah yang dihadapi.
  4. Langkah 4: Analisis Sebab-Akibat. Analisis dapat dilakukan dengan alat seperti diagram sebab-akibat (fishbone diagram) untuk mengidentifikasi akar penyebab masalah.
  5. Langkah 5: Rencana Penanggulangan. Mencakup langkah-langkah spesifik untuk mengatasi masalah, termasuk penetapan tanggung jawab dan sumber daya yang diperlukan.
  6. Langkah 6: Penanggulangan. Tim melaksanakan tindakan yang diperlukan dan memantau kemajuan.
  7. Langkah 7: Evaluasi hasil. Dilakukan untuk menilai efektivitas tindakan yang telah diterapkan, serta menganalisis hasil berdasarkan target yang telah ditetapkan.
  8. Langkah 8: Standarisasi dan Tindak Lanjut. Prosedur baru distandarisasi dan tindakan lanjutan diimplementasikan untuk memastikan perbaikan yang telah dicapai dapat dipertahankan dan diperluas ke area lain.

Sumber referensi:

Greshner, O. (1984). Reasons Why QCCs Do Not Attain Expected Results. In The Japanese Approach to Product Quality (pp. 93–107). Elsevier. https://doi.org/10.1016/B978-0-08-028160-5.50018-7

Hanantyo, B., & Susanto, T. D. (2022). Kajian Potensi Penerapan Teknologi Smart Airport di Bandara Internasional Soekarno-Hatta Jakarta Indonesia. is The Best Accounting Information Systems and Information Technology Business Enterprise this is link for OJS us, 7(1), 61–75.. https://doi.org/10.34010/aisthebest.v7i1.7123

Kementerian Perindustrian. (2007). GUGUS KENDALI MUTU (GKM). 2007.

Penulis: (K)

Daftar untuk download artikel



    0 Comments

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *