Beberapa bulan terakhir, marak beredar isu bahwa dunia akan mengalami resesi mengerikan di tahun 2023 yang akan membawa dampak buruk terhadap perekonomian negara- negara di seluruh dunia, tidak terkecuali Indonesia. Namun, sebenarnya apa itu resesi? Bagaimana peran ISO sebagai standar internasional menanggulangi dampak yang mungkin timbul?
Apa Itu Resesi?
Dilansir CNBC Indonesia, secara sederhana resesi dapat diartikan sebagai sebuah kondisi dimana perekonomian sebuah negara tengah memburuk. Hal ini disebabkan oleh inflasi yang tinggi, yang mengakibatkan bank sentral di berbagai negara menaikkan tingkat suku bunga dengan agresif. Kedua faktor ini (inflasi dan kenaikan suku bunga) menjadi kombinasi “mematikan” yang dapat membawa dunia ke jurang resesi.
Seperti diketahui, inflasi dapat menyebabkan daya beli masyarakat menurun. Sangat wajar, karena saat inflasi, harga-harga barang akan meningkat, akhirnya jumlah uang yang beredar semakin banyak. Sedangkan, suku bunga yang tinggi membuat ekspansi dunia usaha terhambat, sama halnya dengan belanja rumah tangga. Maka dapat dipastikan resesi akan terjadi.
Ketegangan atau perang di beberapa negara, seperti Rusia dan Ukraina yang baru-baru ini terjadi merupakan faktor utama (ditambah dampak pandemi COVID-19) yang membuat perekonomian global tidak stabil, dan semakin lama juga akan mempengaruhi perekonomian negara lainnya, terutama di negara berkembang seperti Indonesia.
Sektor industri nasional apa saja yang mungkin terguncang saat resesi?
Depressive recession (resesi depresif) berawal dari perekonomian global yang tidak stabil, ditambah dengan tingkat suku bunga yang sangat tinggi. Hal ini mengakibatkan permintaan ekspor akan berkurang, terutama dari negara yang telah jatuh ke dalam jurang resesi.
Maka dari itu, dapat dilihat bahwa sektor yang diprediksi paling rentan untuk terganggu oleh resesi adalah sektor yang sangat bergantung pada ekspor, seperti batu bara hingga tekstil.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada bulan Agustus 2022, Amerika Serikat merupakan tujuan ekspor Indonesia terbesar kedua, setelah China. Tercatat bahwa nilai ekspor RI ke Amerika Serikat menyentuh angka USD 2,59 miliar atau 9,87 persen dari total ekspor Indonesia.
Jika Amerika Serikat jatuh ke dalam jurang resesi, maka kemungkinan besar permintaan ekspor dari Indonesia juga akan menurun. Ini tentu akan menjadikan perekonomian nasional melemah.
Akan tetapi, selama masih terjadi ketegangan antara Rusia dan Ukraina dan permintaan terhadap emas hitam masih tinggi, maka kemungkinan harga batu bara tidak akan turun terlalu signifikan (ungkap Mohammad Faisal, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) melalui CNN Indonesia).
Sementara, untuk sektor tekstil dan alas kaki diprediksi akan ikut terganggu karena kedua sektor ini juga mengandalkan ekspor ke Amerika Serikat.
Dampak atau ancaman resesi bagi perekonomian Indonesia
Laman Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) Kemenkeu RI melansir beberapa bentuk ancaman resesi ekonomi global terhadap perekonomian Indonesia, di antaranya:
1. Penurunan permintaan ekspor barang jadi, seperti tekstil dan kerajinan, terutama dari Amerika Serikat, China, dan Eropa.
2. Penurunan harga beberapa komoditas minyak mentah, minyak sawit mentah (CPO) dan logam dasar
3. Kenaikan suku bunga di negara maju mengakibatkan aliran modal mengalir ke luar negeri
4. Pertumbuhan ekonomi melambat
5. Meningkatnya beban biaya usaha akibat depresiasi rupiah
Namun, kabar baiknya, perekonomian nasional dianggap masih cukup kuat untuk menghadapi ekonomi global yang kian melemah hingga diprediksi cenderung mengarah ke jurang resesi di tahun 2023. Hal ini dikarenakan PDB Indonesia masih tergolong positif dan tingkat inflasi negara kita yang masih cukup rendah (tidak melebihi 5%) jika dibandingkan dengan negara- negara lain di dunia
Bagaimana peran ISO dalam menanggulangi risiko berbagai tantangan global tersebut?
International Organization for Standardization (ISO) sebagai sebuah organisasi utama yang merancang, mengatur dan menetapkan berbagai standar yang diperlukan untuk mempermudah aktivitas bisnis juga telah mempersiapkan rencana-rencana untuk menghadapi berbagai isu dan tantangan global, termasuk salah satunya adalah resesi.
Bulan September 2022 lalu, ISO menggelar Sidang Tahunan untuk negara berkembang (ISO/DEVCO) ke-56, yang memfasilitasi para anggota ISO khususnya negara berkembang untuk bisa saling berbagi pandangan dan pengalaman dalam hal standardisasi.
Berbagai dampak yang ada saat ini, seperti lambatnya pembangunan sosial ekonomi di banyak negara akibat pandemi menjadi tanggung jawab bersama, menurut Ulrika, dimana ISO dapat berkontribusi melalui standardisasi. Oleh karena itu, Ulrika mengatakan bahwa standar ISO merupakan bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dunia yang kompleks.
Penerapan ISO APDC 2021- 2025
ISO Action Plan for Creating Countries (APDC) 2021-2025 memiliki tiga tujuan yang telah ditetapkan, yaitu:
1. Standar ISO yang dapat diterapkan secara universal
2. Memenuhi kebutuhan global; dan
3. Semua suara terdengar.
Tiga tujuan utama APDC didukung oleh enam prioritas strategis, yaitu:
1. Nilai dan pentingnya standar ISO yang diakui
2. Berlaku GSP
3. Keterampilan digital tingkat lanjut
4. Keterampilan manajemen ditingkatkan
5. Mempromosikan kesetaraan gender; dan
6. Peningkatan partisipasi
Berdasarkan tujuan di atas, maka peningkatan kapasitas merupakan hal penting yang harus dilakukan di negara-negara berkembang untuk menciptakan pemahaman dan menunjukkan komitmen serta partisipasi aktif dalam menyelesaikan berbagai masalah nasional melalui standardisasi.
Apa upaya yang dilakukan oleh Indonesia dalam menghadapi situasi global yang tidak menentu saat ini?
Dalam rangkaian kegiatan G20 di tahun 2022 lalu, sebagai Presidensi G20, Indonesia menawarkan untuk melakukan kolaborasi ekonomi global, berdasarkan laporan Pertemuan 2nd FMCBG G20 yang dipimpin Menteri Keuangan Republik Indonesia, Sri Mulyani.
FMCBG (Finance Minister and Central Bank Governors) adalah agenda pertemuan antara Menteri Keuangan dengan Gubernur Bank Sentral anggota G20 dengan pembahasan umumnya mengenai exit strategy untuk mendukung pemulihan ekonomi, upaya mengatasi dampak pandemi COVID-19, inklusi keuangan, sistem pembayaran era digital dan keuangan berkelanjutan (sustainable financing), serta perpajakan internasional.
Salah satu konsensus yang telah disepakati oleh para anggota G20 pada Pertemuan 2nd FMCBG adalah prospek ekonomi global dan risikonya (global economic outlook and risks). Para anggota G20 menyadari bahwa adanya tekanan inflasi yang lebih luas akan menggiring bank sentral menaikkan suku bunga sehingga berdampak pada pengetatan likuiditas global yang lebih cepat dari perkiraan.
Maka dari itu, dibutuhkan implementasi kebijakan dan komunikasi yang lebih tinggi terkait hal ini guna mendukung exit strategy pemulihan ekonomi.
Kesimpulan
Meski resesi ekonomi global depresif (depression recession) diprediksi akan terjadi di tahun 2023, namun hingga saat ini ekonomi global secara keseluruhan terus mengalami perbaikan, meskipun masih terkesan lambat dan belum sepenuhnya stabil. Keberadaan ISO sebagai standardisasi juga ikut andil dalam menanggulangi dan mencegah, serta menjawab berbagai tantangan yang timbul dalam berbagai aspek industri di dunia.
ISO memastikan bahwa setiap perusahaan atau organisasi telah beroperasi sesuai dengan standar internasional, dan memiliki manajemen risiko yang baik sehingga siap untuk menghadapi tantangan yang dapat muncul akibat pergolakan negara- negara di seluruh dunia.
Referensi:
1. Boston/2022/Indonesia-Tawarkan-Kolaborasi-Ekonomi-Global-dalam-Panasnya-Situasi-Geopolitik-Dunia/KPBUKemenkeu.(https://kpbu.kemenkeu.go.id/read/1146-1375/umum/kajian-opini-publik/indonesia-tawarkan-kolaborasi-ekonomi-global-dalam-panasnya-situasi-geopolitik-dunia)
Diakses pada tanggal 16 Januari 2022
2. BSN-Humas/2022/ISO-DEVCO-ke-56-Bahas-Peranan-Standar-Hadapi-Dampak-Sosio-Ekonomi-Hingga-Perubahan-Iklim/Badan Standarisasi Nasional
(https://bsn.go.id/main/berita/detail/13182/isodevco-ke-56-bahas-peranan-standar-hadapi-dampak-sosio-ekonomi-hingga-perubahan-iklim)
Diakses pada tanggal 16 Januari 2022
3. Mahdiyan, Alinda/2022/Perekonomian dunia diprediksi akan dihantam resesi tahun 2023, bagaimana dengan pembangunan infrastruktur?/KPBU Kemenkeu
(https://kpbu.kemenkeu.go.id/read/1173-1508/umum/kajian-opini-publik/perekonomian-dunia-diprediksi-akan-dihantam-resesi-tahun-2023-bagaimana-dengan-pembangunan-infrastruktur)
Diakses pada tanggal 16 Januari 2022
4. https://www.cnbcindonesia.com/market/20221020195946-17-381432/resesi-ada-jenisnya-yang-paling-ngeri-bakal-terjadi-di-2023/1
(Diakses pada tanggal 16 Januari 2022)
5. https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20220928145309-532-853780/deretan-sektor-paling-rentan-resesi-batu-bara-hingga-tekstil
(Diakses pada tanggal 15 Januari 2022)
6. Perekonomian dunia diprediksi akan dihantam resesi tahun 2023, bagaimana dengan pembangunan infrastruktur? KPBU Kementerian Keuangan Republik Indonesia (https://kpbu.kemenkeu.go.id/read/1173-1508/umum/kajian-opini-publik/perekonomian-dunia-diprediksi-akan-dihantam-resesi-tahun-2023-bagaimana-dengan-pembangunan-infrastruktur)
DIakses pada tanggal 16 Januari 2022
0 Comments